Riyoyo Kupat: Tradisi Lebaran Masyarakat Muslim Jawa Tanggal 5 Syawal
Bagi masyarakat Jawa yang tinggal di daerah pedesaan, hari raya Lebaran Idul Fitri bukan hanya tanggal 1 dan 2 Syawal, tetapi juga sampai beberapa hari setelah pelaksanaan sholat Id. Dalam hal ini dikenal istilah riyoyo kupat (terjemahan dari Hari Raya Ketupat). Riyoyo kupat pada umumnya dilaksanakan pada tanggal 5 Syawal. Acaranya berupa membuat makanan ketupat, lontong, lepet dan masakan berbumbu kari, lodeh dan sejenisnya.Sebenarnya bukan hanya orang desa saja yang punya riyoyo kupat, masyarakat muslim yang tinggal di kota pun punya hajatan yang sama. Hanya saja berbeda waktu pelakasanaan. Orang kota umumnya nggak mau ambil ribet. Mereka menyatukan moment sholat Id dengan makan ketupat lebaran. Sementara orang desa tidak terbiasa melakukan hal tersebut. Setelah sholat Id tidak ada ketupat, tapi nasi atau tumpeng hasil kenduri bersama di masjid.
Karena riyoyo kupat dilaksanakan berbeda dengan sholat Id, maka masyarakat muslim Jawa yang tinggal di desa bisa menikmati moment Lebaran lebih lama. Dan saya beruntung sekali bahwa pada tahun ini bisa menikmati ketupat Lebaran sepuasnya karena nggak keburu balik ke kota. I work from home dan punya waktu yang fleksibel untuk menentukan kapan libur dan kerja.
Salah satu aktifitas kesukaan saya dalam hal ini adalah masak bareng keluarga. Anak-anak Bapak semuanya laki-laki berjumlah empat orang. Meskipun begitu, jangan diragukan kemampuan mengolah makanan di dapur. Sejak kecil saya dan saudara-saudara lainnya sudah diajarkan untuk mandiri mengolah makanan.
Walaupun sudah ada para kakak menantu, saya dan lainnya masih suka masak bareng. Apalagi waktu bikin ketupat yang butuh waktu masak yang relatif lama. Tenaga kami semua bermanfaat untuk ‘kerja bakti’ masak bersama. Porsi yang kami masak jangan ditanya lagi. Karena semua berkumpul, jadinya masak ketupat kali ini lumayan banyak. And we are happy to cook ketupat on Riyoyo Kupat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar