Selasa, 20 September 2011

Berjuta Berkah & cerita Indah di Lebaran tahun ini

Lebaran adalah moment yang saya tunggu-tunggu. Terlepas dari hari yang suci dari segala dosa-dosa, segala khilaf termaafkan dari Allah Swt,  insya Allah. Karna di hari lebaran, begitu banyak kegiatan, cerita-cerita, kenangan-kenagnan indah yang terjadi yang di hari-hari biasa sangat jarang bisa saya nikmati. Salah satunya berkumpul dengan keluarga, jangankan dengan keluarga besar, keluaraga inti pun (ayah, ibu, kakak, adik saya) jarang sekali kami berkumpul, dari dulu hingga sekarang,  kami menjalani kehidupan masing-masing. Sangat memprihatinkan, seatap namun serasa beda benua. Apalagi sekarang saya sudah berpisah dengan orang tua, lebih memilih mencari nafkah di kota lain. Maka tak salah saya begitu menantikan lebaran. Sejenak, kesibukan-kesibukan di kantor masing-masing terlupakan, fokus pada di rumah.
Saling bersalaman, berpelukan, memohon maaf (Ya, meski di hari-hari lainnya saya senantiasa memohon maaf jika ada salah, tapi, kalian tahulah saat lebaran, getaran maaf-maafan lebih terasa. **Alah, lebai).
Dan, alhamdulillah, di tahun ini, lebaran yang indah kembali menghiasi rumah orang tua saya (setiap lebaran keluarga besar saya memang berkumpul di rumah keluarga di kampung, Pinrang), dengan penuh kebahagiaan, suka cita, keluarga besar saya kembali berkumpul, tak kurang satupun, dari nenek, tante, om, sepupu-sepupu saya yang berbeda kota berkumpul di rumah. Bersama-sama memasak buras, ketupat, Kari ayam, membuat kue, bersih-bersih rumah dan menyaksikan takbir keliling yang lewat depan rumah dan tak lupa main kembang api & petasan di malam lebaran.
Ibu saya anak tertua dari 4 bersaudara, yang semuanya perempuan. Kakek saya sudah lama meninggal, jauh sebelum saya lahir bahkan sebelum ibu menikah dengan ayah. Jadi, tak heran, pekerjaan rumah begitu enteng. Saudara ibu sendiri memiliki keahlian masing-masing. Ibu yang lebih lincah kesana-kemari, menata ruangan. Tante Nana (adik kedua ibu) pandai menjahit, makanya baju lebaran yang kebesaran segera kami kumpul untuk di rubah. Tante Erna (adik ketiga) yang lebih lincah memasak, memasak kue, opor ayam dan masakan lainnya. Tante Supi (adik keempat) yang lebih aktif di lapangan, kepasar, ke manapun. dan Mama (panggilan untuk nenek) sebagai Menteri kebersihan, membersihkan setiap sudut-sudut rumah.
Lebaran kali ini juga terasa lebih membahagiakan. Ya, Kakak saya yang juga anak pertama dan cucu pertama dari Ibu, akan menikah pada tanggal 7 September 2011nanti. Segala sesuatu mengenai pernikahannya tlah di siapkan, termasuk undangan pernikahannya. Suka duka saat membawa undangan dalam suasana lebaran yakni kekenyangan, setiap rumah yang kami berikan undangan senantiasa menawarkan kue dan minuman, meski tak sedikit yang kami tolak dengan alasan masih banyak undangan yang ingin di sebar tapi tak sedikit pula tuan rumah memaksa, takut tuan rumah tersinggung, dan merasa tidak enak karna tuan rumah sudah mau menerima undangan, kamipun diam duduk manis menikmati sajian tuan rumah. **Takut tuan rumah tersinggung dan tidak mau ke pesta. hehehe. Alhasil, kami pulang dengan perut kekeknyangan, dan rasa lelah karna mulai beraksi dari pagi sampai malam hari. Huufft,,
Yang sedikit membuat saya kewalahan adalah baju seragam, seragam lebaran hampir saja terabaikan lantaran seragam pesta di siapkan secara matang. Mulai dari seragam pesta untuk keluarga besar, sepupu-sepupu saya, sampai seragam pesta untuk sahabat-sahabat saya. makanya saat mendekati lebaran, nyaris saya sudah kehabisan tenaga untuk membeli baju lebaran. Hehehe.
Dan karna Tante Nana hanya membeli gamis putih untuk seragam saudara dan nenek saya, sayapun berkomentar,
“Tidak ada kita belikanka’?”
“Tidak ada, pergi sendiri mi beli”
Terpaksa, saya harus pergi membeli sendiri. Alhamdulillah rejeki menjelang lebaran berjalan lancar, dari gaji, THR, sampai bonus dari Dokter jadi belanja pun lancar, tidak mikir-mikir dan lihat-lihat dompet yang tipis. Hehehe. Sayapun keliling Makassar, dari Karebosi Link, MTC, Mall Panakkukang, hingga Butik-butik, dari pagi hingga sore hari, tak satupun yang membuat saya tertarik. Saya sempat menyerah,
“Aiii, masa lain sendiri ko nanti, cari mi je’ warna putih”
Itulah, saran yang menjurus perintah kakak saya yang lebih dulu membeli gamis lewat online dengan harga yang dua kai lipat. Akhirnya semangat kembali saya kumpulkan, saya pun beralih ke Pasar Butung. Dari ujung ke ujung, dari lantai 1 ke lantai 2, semuanya saya telusuri.
Memang begitu banyak gamis putih, mulai dari model Syahrini, penuh dengan manik-manik, hingga yang polos mirip baju kuntilanank, Ah, saya jadi pusing memilihnya. Tak ada satupun ynag menggetarkan hati saya, yang ada malah menggegerkan hati saya lantaran harganya yang lebih mahal dari harga emas 1 gram, meski masih bisa di tawar itupun masih mahal menurut saya, baju putih polos gitu kok, harga segitu. **Yach, salah sendiri belanja saat mendekati lebaran. ^_^.
Akhirnya, setelah beberapa jam berdesak-desakan, sayapun memilih baju gamis putih.**Antara murah, sederhana, dan pasrah karna lemas, napas sudah di ujung tanduk.
Tapi, Alhamdulillah, perjuangan saya tidak sia-sia, karna baju lebaran yang saya beli sesuai dengan seragam keluarga.
Dan setelah melaksanakan shalat Id di Mesjid An-Nawir Pinrang, kami segera menuju kerumah, dalam perjalanan yang begitu padat, berdesak-desakkan, saya berjumpa dengan kawan-kawan lama, tetangga, keluarga, kamipun bersalaman dan bermaaf-maafan. Dan, lagi, pertanyaan & pernyataan yang sama tentang pernikahan kakak saya,
“Eh, kamu kapan ko menikah?”
“Kenapa tidak bersamaan saja?”
Saya hanya menanggapi
“Insya Allah habis lebaran juga”
“Lebaran apa?”
“Ya itu mi tidak saya tahu lebaran kapan, karna calonnya saja belum ada”
“Hahaha”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar